web 2.0

Bisnis Mie Ayam

MENGAPA HARUS MIE ?

PELUANG untuk membuka usaha bisnis kuliner memang tidak pernah ada habisnya. Dengan menjual makanan yang unik dan kebulatan tekat untuk terus maju,Markiyat menargetkan dapat meraih untung hingga Rp1 miliar pada tahun depan dari usaha penjualan Mie Khangen yang dikelolanya.
Pria yang akrab disapa Marki ini memulai usahanya dari industri rumahan pembuatan mi siap saji. Tahun 2002 adalah awal peruntungannya melakoni bisnis industri makanan tersebut. Dengan modal Rp5 juta,Marki memberanikan diri untuk membuka usaha pembuatan mi kering di bilangan Depok,Jawa Barat.“Waktu itu modalnya masih kecil dan pas-pasan, Rp5 juta itu saya pinjam dari mertua saya, dengan modal tersebut saya harus meminimalisasi segala pengeluaran saat itu,” ujar bapak dua orang putra ini.
Membuka usaha bisnis pembuatan mi kering bukan dengan tanpa alasan. Pasalnya, pria kelahiran Yogyakarta, 39 tahun lalu, ini pernah bekerja di pabrik pembuatan mi yang biasa dipakai untuk mi ayam dan mi baso.“Belajar dari pengalaman,saya melihat ada peluang dari bisnis ini,di lain pihak juga banyak pengusaha sukses yang memulai dari nol dan saya mencoba kesempatan tersebut,” tandasnya.
Marki mengakui, persaingan bisnis pembuatan mi kering yang sejenis tidak sedikit, terutama di wilayah Depok. Untuk itu, dirinya membuat suatu terobosan baru, yaitu mi kering pertama yang mendapat legalitas halal dari MUI Provinsi Jawa Barat.Tidak hanya itu, mi tersebut juga besertifikat bebas pengawet dari Dinas Kesehatan Kota Depok. “Kami perusahaan pembuatan mi yang pertama dan satu-satunya yang mendapatkan sertifikat tersebut di Kota Depok,inilah yang membedakan kami dengan perusahaan lain,”tukasnya.



Selang delapan tahun kemudian, pria yang pernah menjadi atlet hoki nasional ini mulai melebarkan usahanya dengan membuka usaha makanan berbahan dasar mi.Kedai makannya tersebut,dia beri nama Mie Khangen. Dengan filosofi, pembelinya diharapkan akan datang kembali untuk membeli mi tersebut. Saat ditanya kenapa harus menunggu delapan tahun untuk membuka kedai makan tersebut, Marki mempunyai alasannya tersendiri.
“Butuh perencanaan yang matang untuk melebarkan bisnis ini, sehingga nantinya jadi lebih optimal,”kata lulusan Fakultas Sastra UI angkatan 1990 itu. Tidak mau setengah-setengah, Marki mulai memutar otak untuk membuat inovasi baru dalam kategori industri kuliner khususnya mi.Dia pun bereksperimen dengan menciptakan mi hijau yaitu mi siap pakai dengan menggunakan bahan dari sayur-sayuran seperti sawi, katuk,bayam,dan brokoli.
“Ide awalnya tercetus saat anak saya yang bukan penggemar sayuran, namun penggemar berat mi ayam, dari situ saya kombinasikan, mi yang terbuat dari sayuran,” tuturnya. Dia menyatakan, mi yang dibuatnya ini memiliki nilai gizi yang tinggi dan juga mempunyai kandungan serat yang banyak. Untuk itu,lanjut Marki,mi ini aman untuk dikonsumsi oleh semua golongan usia, baik itu anak-anak, manula, maupun ibu hamil.
“Saya juga sering bekerja sama dengan beberapa SD untuk pemesanan mi hijau, tujuannya agar jajanan anakanak lebih bergizi dengan mengonsumsi Mie Khangen ini,”akunya. Meski baru dibuka April 2010 lalu, kedai Mie Khangen yang berlokasi di bilangan Jalan Merdeka Raya, Depok II Timur, ini diminati oleh banyak pembeli.Marki mengakui, sedikitnya 400 mangkuk mi laku terjual per harinya. Bahkan, pada memasuki akhir pekan, pesanannya bisa meningkat hingga 500 mangkuk mi.
Tidak puas dengan satu outlet, pria berkacamata ini mulai membuka dua cabang kedai Mie Khangen di wilayah Depok.Hingga akhir tahun 2010, Marki berencana membuka empat cabang lagi di wilayah Jakarta dan Depok. Sehingga, secara keseluruhan terdapat tujuh cabang Mie Khangen yang dikelolanya. Dia menyebutkan angka Rp70 juta untuk memulai investasi awal bisnis usaha kulinernya tersebut.
“Selang tiga bulan kemudian Alhamdulillah, modalnya sudah kembali,”tuturnya. Dengan bermodalkan kerja keras dan perencanaan bisnis yang matang,pria yang hobi olahraga ini mempunyai target dapat memperoleh pendapatan hingga Rp1 miliar dalam kurun waktu enam bulan ke depan.Target tersebut bukan isapan jempol semata,pasalnya saat ini wirausahawan dengan 40 orang karyawan ini menjadikan kedai Mie Khangen sebagai bisnis waralaba. Dua dari empat kedai Mie Khangen yang akan dibukanya pada akhir tahun ini adalah termasuk dari kerja samanya dari sistem waralaba.
Marki menyebutkan, dengan nilai investasi mulai dari Rp45 juta hingga Rp60 juta,maka seseorang bisa berwirausaha melalui label nama Mie Khangen.“Saya memperkirakan, dengan modal investasi tersebut,maka sudah bisa kembali modal dalam waktu enam bulan hingga satu tahun,” imbuhnya.
Tahun depan Marki juga menargetkan dapat membuka 20 kedai Mie Khangen, baik itu melalui pengelolaan usaha sendiri maupun melalui sistem waralaba.Tidak hanya berfokus dengan membuka peluang di wilayah Jabodetabek, dirinya juga berencana melebarkan sayap usahanya di kota lain seperti Taksikmalaya, Yogyakarta, Purwakarta, Bandung, bahkan Medan. (heru febrianto)