web 2.0

Sejarah Mie Khangen

Kesuksesan tidak datang begitu saja dari langit. Tetapi melalui impian dan cita-cita yang indah tentang sebuah keberhasilan dipadu dengan upaya dan kerja keras disertai harapan dan semangat juang yang tinggi serta niat ibadah. Lika-liku perjuangan tu melahirkan bulir-bulir keringat yang menetes disepanjang perjalanan dan menumbuhkan benih-benih kreativitas yang pada akhirnya berbuah manis (kesuksesan)
Dan Markiyat muda, seorang putra Gunung Kidul yang gigih dan tekun, telah melalui semua itu sejak bertahun-tahun lalu. Di usia mudanya ia pernah bekerja di sebuah perusahaan pembuat mie kering. Pengalaman itu begitu membekas dan menjadi guru bagi Marki, demikian panggilan akrabnya untuk membuka lahan usaha. Marki meyakini mie mempunyai pasar yang sangat baik. Tua muda menyukainya dan enak disantap setiap waktu. Penyajiannya juga bermacam-macam, bisa dibuat mie rebus, mie ayam, mie bakso atau mie goring. Tak ada yang tak menyukainya. Markiyat meyakini jika ditekuni maka usaha ini akan sukses dikemudian hari.
Memang untuk sekian kurun waktu Markiyat sempat melupakan dunia pembuatan mie, saat ia disibukan kuliah di Sastra UI hingga lulus di tahun 90-an. Marki pun sempat mencicipi dunia kerja kantoran. Kurang lebih 7 tahun ia bekerja di PErtamina, ia juga pernah bekerja di bidang perbankan dan perdagangan saham serta beberapa perusahaan swasta besar, salah satunya Indofood mie.
Tetapi belakangan marki berpikir lebih realistis, wiraswasta dibidang kuliner lebih menjanjikan ketimbang jadi karyawan. Lagi pula saat menjadi karyawan dibeberapa perushaan itu ia banyak belajar bagaimana menciptakan peluang usaha.
Berawal dari prediksi pasar yang baik dan perencanaan yang matang, Markiyat pun banting stir, menciptakan peluang kerja jauh dari kelilmuan yang didapatnya dikampus. Bermodalkan 5 juta rupiah yang dipinjamnya dari ibu, Marki memebranikan diri membuat industry mie ayam pangsit. Februari 2002, Marki memulai bisnis kulinernya. Kenapa pilihannya jatuh pada pembuatan mie?! Karena mie punya penggemar dari semua tingkat usia dan terlebih lagi Markiyat punya pengalaman matang disana, ia tahu betul seluk-beluk bisnis pembuatan mie, paham pemasaran dan kendalanya. Dengan begitu, ia dakan mampu mengeliminir kemungkinan gagal dalam bisnis ini. Apalagi ditunjang kemampuan manajemen yang baik yang telah dipelajarinya selama bekerja selama bekerja sebagai karyawan dibeberapa perusahaan.
Ternyata usaha industry mie banyak di Depok ini punya banyak pesaing, maka Markiyat harus putar otak membuat mienya punya kelebhan, yakni standar kualitas yang bisa dipercaya masyarakat. Dengan demikian konsumen akan lebih yakin menyantapnya.
“Mie kering produksi kami waktu itu menjadi mie kering pertama yang mendapat legalitas dari LPPOM MUI Propinsi Jawa Barat. Selain itu juga bersertifikat bebas bahan pengawet dari Dinas Kesehatan Kota Depok. Ujar Markiyat sedikit berpromosi.
Benar saja, terobosan tersebut berbuah kepercayaan. Konsumennya bertambah banyak. Sukses dalam penjualan mie kering, Marki pun melirik pasar lain yakni berjualan mie siap saji. Usaha ini pun mengalami sukses hingga Markiyat mampu memiliki tak kurang dari 80 gerobak mie ayam yang tersebar di Jabodetabek.
Tahun 2010, usaha Markiyat kembali menggeliat. Tak puas dengan armada mie ayamnya, lahirlah usaha mie khangen, kedai siap saji yang menyediakan beraneka menu berbahan dasar mie.
Kedai Mie Khangen yang pertama hadir di Jl. Merdeka, Depok Timur. Dalam empat bulan sudah hadir cabang kedua di Jl. Raya Bogor. Waktu itu omzet perhari untuk satu kedai bisa mencapai 4-5 juta, bahkan untuk sabtu-minggu bisa mencapai 8-10 juta perhari.